Letupan sunyi,
temani sisa air hujan
dengan rembesan yg bernama kedinginan
wahai malam, dan bulan yg tak juga berpigurakan
jika, aku bisa menerikaki kerinduan
pasti suara serak tinggal sisa-sisa atau tak lagi terdengar
jadi, wajarlah . . .
Aku hanya diam atau gemas pada tawa suara dari sebrang jendela
dan esok tak ada bosannya ku setel suara tentang guyonan dari malaikat berparas firtual
wahai malaikat pengagung Tuhan
bisikan pada malam,
pada pendayu-dayu penggoda kami yg malu-malu
tetaplah menjadi penenang dan pendengar, gemuruh ocehan kami
2 anak Tuhan dengan mimpi yg tak jua terealisasikan
temani sisa air hujan
dengan rembesan yg bernama kedinginan
wahai malam, dan bulan yg tak juga berpigurakan
jika, aku bisa menerikaki kerinduan
pasti suara serak tinggal sisa-sisa atau tak lagi terdengar
jadi, wajarlah . . .
Aku hanya diam atau gemas pada tawa suara dari sebrang jendela
dan esok tak ada bosannya ku setel suara tentang guyonan dari malaikat berparas firtual
wahai malaikat pengagung Tuhan
bisikan pada malam,
pada pendayu-dayu penggoda kami yg malu-malu
tetaplah menjadi penenang dan pendengar, gemuruh ocehan kami
2 anak Tuhan dengan mimpi yg tak jua terealisasikan
karna sepi satu-satunya klasikasi, apa saja yg membuat kami gemar lama-lama berbincang
metafora kerinduan,
baunya harum,
tak kunjung hilang
By: dine
As posted on www.MobineSSia.com
No comments:
Post a Comment