Thursday, October 1, 2015

Alfairt #1

Seorang wanita berwajah tenang tengah membersihkan kacamata yang selalu ia kenakan. Di samping tak jauh darinya, rak buku setinggi 2 meter penuh dengan buku-buku yang berjajar rapi. Dan didepannya tergeletak sebuah buku yang cukup tebal, taplak coklat dengan motif aneh mungkin sengaja di pasang untuk membuat pembaca lebih krasan berlama-lama duduk didepannya.

"Kak!"

Seorang gadis kecil mendobrak pintu kamar dan berseru.
Wanita itu hanya tersenyum. Gadis itu langsung menghampiri kakaknya dan duduk di bangku yang sepertinya memang sering iya pakai.

"Udah belajar, kan?" tanya wanita itu.

"Yupp!!" jawab gadis itu sambil mringis, tampak gigi-gigi kecil berjajar putih dan rapi.

Dan dalam hitungan detik, keduanya sudah hanyut dalam cerita fantasi buku tersebut.

"Oke, cukup sampai disini. Udah waktunya Zeta tidur. ^^"
Ucap si kakak sambil mengelus kepala adhiknya.
Tak terasa telah larut, dan wajah imut gadis kecil itu sudah terlihat kusut.

"Zeta, zhidu'r zi 'hamar 'ha'ha... hmmzz.." Jawab gadis kecil itu seraya menguap.

"Hihi.. Oke, Zeta kunci pintu kamar, kakak beresin buku. Setuju?"

"Siaapp!!"

Gadis kecil itu segera menuju pintu kamar dan menguncinya, lalu berlari ke tempat tidur dan langsung melompat.

"Kakak lama ahh.." rengek gadis itu sambil memeluk erat boneka kuning jiplakan Winney the Pooh.

Seusai merapikan meja dan rak buku, si kakak segera menyusul adhiknya.

"Nanti kalo Zeta bangun siang, kakak siram air yah?"

"Ga mauuu..!!!"

"Hehe.."

***

Asap hitam membumbung tampak liar menghantam langit yang masih tampak gelap. Sirine mobil pemadam kebakaran terdengar keras *psst*ik telinga. Di antara jeritan orang-orang yang begitu panik, seorang gadis kecil terbaring tak sadarkan diri.

9 tahun kemudian..

"Yahh, akulah sebenarnya yang membunuh keluargaku sendiri." airmata menetes di pipi seorang remaja yang duduk di sebuah bangku sambil memeluk erat sebuah buku tebal dengan sampul coklat tak bergambar.

"Hei, kau ga seharusnya mikir gitu.." hibur seseorang yang duduk disebelah remaja itu.

"Tapi, Fik.. Malam itu aku.." kalimat remaja itu terhenti, lalu menangis dalam pelukan sahabatnya.

Zeta adalah satu-satunya orang yang selamat dari kebakaran di rumahnya 9 tahun yang lalu. Dia masih benar-benar ingat penyebab kebakaran itu, sesaat sebelum ia ke kamar kakaknya, Zeta merebus mie instan dan lupa begitu saja.
Dari kebakaran itu, yang tersisa hanyalah sebuah buku milik kakaknya.
Sejak kejadian tersebut, Zeta tinggal bersama bibinya diluar kota, memulai kehidupan baru. Meski Zeta bahagia dengan kehidupan barunya, tapi luka yang terlanjur membekas. Hanya bisa menjadi kenangan pahit yang tak mungkin terlupakan.

***

ALFAIRT
~PERASAAN YANG TAK BERUBAH~

Jari lentik mengelus sampul buku tua yang tak bergambar. Jari-jari itu seolah ragu untuk membuka isi buku tersebut.

"Fik, kalo di ingat, aku belum pernah buka buku ini.." ucap Zeta.

"Hah? Serius? Tiap hari jadi cuma bawa aja?" Afik sahabat Zeta tampak terkejut mendengar pernyataan Zeta.

"Iya, entah kenapa tanganku serasa ga mampu buat buka sampulnya aja." ucap Zeta masih mengelus sampul buku itu.

Afik hanya tersenyum, menurutnya pasti berat untuk Zeta mengingat masa kecilnya yang selalu membaca bersama kakaknya.

"Tiap kali lihat buku ini, aku ingat kakak, Fik. Rasanya dia lagi ada di sampingku." Zeta tersenyum memperhatikan bukunya.

"Eh udah sore, jadi nyari buku kan?" Afik mengintip arloji di tangannya, lalu bergegas membereskan alat belajarnya.

"Eh iya.. Yuk!"

Hari itu Festival Book Fair di gelar di mall. Rasa cinta Zeta kepada buku tak berubah sejak dulu, membuatnya bersemangat menghadiri acara festival tersebut. Afik sahabat Zeta juga tampaknya gemar membaca buku, dilihat dari tumpukan novel di tasnya.

Seusai berbelanja buku, Zeta duduk di meja belajar dan memperhatikan buku coklat yang selalu ia bawa.

"Kak, Zeta pinjam buku.." ucap Zeta dalam hati.

Zeta sering diingatkan kakaknya, meskipun diberi kebebasan membaca buku-buku koleksi kakaknya, tapi ia harus izin terlebih dahulu.
Dengan gemetar ia membuka halaman pertama. Namun Zeta terdiam disitu.

"Jika kau berani dan siap, ucapkan mantra.." Zeta melihat tulisan aneh di bawah kalimat yang baru saja ia baca.

"Vr ung tra st' unh.." Zeta membaca tulisan aneh itu.

Sekejap Zeta pikir ia akan berteleportasi ke dunia lain seperti film fantasi pada umumnya. Namun Zeta baru sadar tak terjadi apa-apa dan mana mungkin itu terjadi. Baru kali ini Zeta merasa begitu bodoh.

Halaman selanjutnya hanya kertas kosong, begitupun halaman selanjutnya. Dan seterusnya sampai di halaman akhir. Zeta sulit percaya bahwa selama ini yang ia bawa hanyalah buku kosong.

"Terimakasih bukunya.." Zeta menutup kembali buku itu dan meletakkannya di sisi kanan meja. Merapikan kursi, mengunci pintu, lalu mematikan lampu dan beranjak tidur.

Di tengah malam, dalam hening suasana. Buku coklat Zeta bersinar redup membentuk sebuah kata bertuliskan 'Alfairt' di sampul buku yang tadinya tak bergambar.

bersambung..

By: omi
As posted on http://MobineSSia.com?14748

No comments:

Post a Comment