Thursday, April 22, 2010

Love-ME - Chapter 2

Chapter 2:

Mey sudah standby di stasiun, menungu kereta yang akan membawanya pulang ke kampung halaman. Ya, ada libur 3 hari, Mey pikir ini baik jika ia lewatkan bersama Ibunya. Itu tujuan pertama. Tujuan yang kedua Mey akan menemui Wynn setelah sebulan mereka kembali dipertemukan. Segala macam bentuk pikiran sliweran di benak Mey. Terutama tentang rencanaya ketemu Wynn. Apa nanti yang akan dilakukannya? Bagaimanakah Wynn sekarang, setelah 20 tahun kami terpisah. Masihkah Wynn menyimpan rasa itu, seperti yang masih tersimpan dalam diriku? Begitulah kira-kira yang berkecamuk di pikiran Mey...

"Mey, kamu dimana?"
"Di stasiun, nunggu kereta dateng."
"Kamu ati-ati ya, sayang...."

Heh!! Wynn memanggilku sayang? Sejenak Mey terhenyak, terdiam. Lalu...

"Kamu jemput aku kan besok?"
"Iya, pasti. Don't worry."

Dan keretapun melaju menembus malam, menyisakan angan yang tak lagi terarah di benak Mey. Gelisah dalam duduknya, Resah dalam kantuknya. Tau deh, Mey mesti lakukan apa di dalam kereta yang semakin malam semakin menggigit dinginnya.

Sesekali dicobanya membunuh gelisah dengan ber-message ke Wynn, yang telah menantinya di ujung kota sana. namun itu justru makin bikin Mey membuncah merindu. Jujur dalam hatinya, Mey masih sangat mengharap seperti apa yang dia harap 20 tahun yang lalu. menyayang dan disayang, mencinta dan dicinta ole Wynn. Mungkinkah? Bisakah?

Tak terasa sinar matahari dari timur sana menembus kaca jendela kereta yang masih melaju. Mey melirik jam tangannya. Hmm, kalo tidak meleset dari jadwal setengah jam lagi aku akan tiba di tujuan.

Mey mengambil BBnya. Jari jemarinya men-dial nomer yang sudah mulai dihapalnya. Terdengar nada panggil, tapi tak ada jawaban dari seberang sana. Sekali lagi, Mey mengulangi. Tetap sama. Tak ada jawaban. kamu dimana Wynn....? Tanyanya dalam resah yang mulai tampak di raut mukanya.

Kereta ini menghentkan lajunya tepat diwaktu yang sudah dijadwalkan. Mey beringsut dari duduknya. Menenteng tas, BB dan buku yang menjadi teman perjalanan semalam. kemudian berjalan beriringan dengan penumpang lain menuju pintu keluar gerbong kereta ini. Sementara matanya mencoba menyapu setiap sudut, mencari sesosok Wynn yang telah berjanji menjemputnya. Tapi kok gak ada, ya......

Sejenak Mey berdiri tegak beberapa langkah setelah keluar dari kereta. Nafasnya tersengal. Tak didapatinya Wynn. Air matanya hampir menetes... Sampai pada akhirnya.....

"Hey..."

Sebuah tangan meraih pergelangan Mey, dan menggamit badan Mey. "Wynn...!!!" sapa Mey lirih hampir tak terdengar. Dipandangnya wajah Wynn, menembus mata hitam Wynn sampai jauh kedalam. Rasa rindu Mey bergejolak. Kesadarannya pun terlepas dari raga, hingga sebuah kecupan lembut hinggap di dahinya.

Keduanya berjalan bergandengan tangan, menuju tempat dimana Wynn memarkir mobilnya. Mey tak tau lagi, perasaan apa yang dominan ada dalah hatinya. Yang pasti mey bahagia.

"Kamu nggak berubah, Mey..."
"kamu juga, Wynn."
"Dan akupun masih sayang kamu, Mey..."

Mey memandang Wynn yang memasang wajah dengan senyum khas yang tiak bisa dilupakan Mey. Ah, ternyata selama 20 tahun ini hanya jarak yang memisahkan kami....

"Aku juga tetap sayang kamu, Wynn...."


[To Be Continue on Chapter 3]

By: ratnamayasari
As posted on www.MobineSSia.com

No comments:

Post a Comment