Tuesday, June 2, 2009

Sobry si Melayu Bengkok

Spt yg sudah kita ketahui, satu2nya kerabat istana Kelantan yg "mampu" bersuara dlm kasus Manohara selama ini adalah seseorang Sobry. Entah gimana sebenarnya hub.kekerabatan dia dgn Fachry, tp selama ini hanya dia yg bs dijadikan media sbg narasumber dari pihak istana Kelantan.
 
Namun bila kita cermati pernyataan2 Sobry -sedari awal kasus ini terungkap media- kita bisa menilai sendiri & bahkan meramalkan apa yg akan dikatakannya. Let see..
 
Ketika Mano msh "tersembunyi" dan dikatakan oleh media Malaysia tengah hidup berbahagia di istana, Sobry dgn pede mengatakan agar ibunda Manohara; ibu Daisy- utk tdk menggangu kebahagiaan rumah tangga anaknya. Bahkan ia sempat menantang Daisy utk jgn banyak cakap serta membiarkan anaknya sendiri yg menyampaikan bahwa keadaannya baik2 saja (pdhal kita semua jg tau kl kebebasan bersuara Mano sdh dikebiri istana Kelantan).
 
Skr, setelah Mano berada di tempat aman & membuka teka-teki publik selama ini, Sobry pun merubah tantangannya agar jgn hanya bicara, tp berikan bukti. Sampai disini sdh keliatan "kekalahan" argumen pertama Sobry; yaitu menyerahkan sepenuhnya pd si Mano menyampaikan kebenaran yg dialaminya. Tp begitu Mano menyampaikan hal yg tdk sesuai dgn argumen SObry, ia pun berubah.
 
Nah.. bila akhirnya bukti foto2 dr HP Mano -yg selama ini disimpannya krn alasan privacy & hanya bersedia diserahkan pd kepolisian- nantinya beredar, sudah pasti Sobry akan berkata; "ah itu siapa saja bisa mebuatnya / itu hanya rekayasa".
 
Kalau toh Sobry menuntut bukti berupa visum dokter, rasanya tdk masuk akal juga meminta bukti visum atas luka yg sdh sembuh (menuntut bukti aksi kekerasan sudah lama terjadi).
 
Hemat saya, media tdk perlu meladeni/ meng-cover org se-level Sobry. Percuma, hanya bikin simpatisan Mano semakin geram saja. Media, bersama aparat hukum -kalau perlu melibatkan unsur pemerintah, bahkan lembaga Universal Human Rights- lebih baik memproses hukum pd level Tengku nya saja. Itu lebih berguna, setdknya menunjukkan pd dunia kl hukum di Indonesia (sehrsnya) tdk mengenal istilah The Untouchable.
 
Pernyataan Mano sdh cukup sbg bukti bhw ia adalah korban; baik korban ambisi ibunya (dulu- namun skr di dpn media ibu Daisy sdh menyesali kekhilafannya) utk bermantu pangeran, serta korban kekerasan fisik & psikologis dr tengku Fu ckry ..eh.. Fachry.
 
Sudah saatnya bgs ini tdk membiarkan warganya diperlakukan spt anjing dinegri orang lain.
 
By: k320i
As posted on www.MobineSSia.com

No comments: