Semalam aku bermimpi; Menjadi seorang Raja di sebuah kerajaan nan permai dan damai.
Permaisuri ku seorang Ratu yang cantik jelita.
Rakyatku hidup tentram, bahagia, penuh kasih pada sesama. Aku kerap menyambangi mereka, baik di kebun, ladang, pasar, maupun alun-alun kerajaan. Menyatu bersama mereka dengan jubah kerajaan yang ku tanggalkan. Bercakap-cakap, bercanda, dan mendengar setiap keluh-kesah mereka sebagaimana sahabat. Sesekali ku ajak serta sang Permaisuri untuk menemaniku turun ke jalan, menggandeng tangannya dengan mesra ditengah hiruk-pikuk pasar, berlaku selayaknya dua insan biasa di tengah khalayak -tanpa pengawalan.
Aku sungguh menikmati suasana romantis semacam itu yang tidak terkekang oleh protokoler kerajaan. --oo-- Suatu ketika di teras balkon istana kerajaan; ketika aku dan sang Permaisuri tengah berdua menikmati teduhnya cahaya purnama, sang Ratu berbicara pada ku; "Mungkin tidak seharusnya kanda menunjukkan kehangatan serta kemesraan terhadap dinda, di hadapan khalayak", ujar sang Ratu dengan senyumnya yang mempesona. Sesaat kemudian dilanjutnya.. "Bagaimanapun juga kanda tetaplah seorang Raja di negri ini, dan Raja selayak..", belum sempat sang Permaisuri menyelesaikan kalimatnya, aku berdiri meninggalkan kursi dan bersimpuh padanya. Menggenggam kedua telapak tangan sang Ratu dipangkuannya seraya berkata.. "Anan gitu Hunni Ratui (maksudnya: Jangan gitu honey Ratu)
Aku lebih memilih menjadi Raja yang kehilangan pamor, dari pada harus kehilanganmu.
Tak ada bedanya bagiku baik menjadi Raja atau Petani di ladang, jika engkau tiada.." ---oOo--- Lembah Merbabu, Jun 2013 By: k320i
As posted on www.MobineSSia.com
Permaisuri ku seorang Ratu yang cantik jelita.
Rakyatku hidup tentram, bahagia, penuh kasih pada sesama. Aku kerap menyambangi mereka, baik di kebun, ladang, pasar, maupun alun-alun kerajaan. Menyatu bersama mereka dengan jubah kerajaan yang ku tanggalkan. Bercakap-cakap, bercanda, dan mendengar setiap keluh-kesah mereka sebagaimana sahabat. Sesekali ku ajak serta sang Permaisuri untuk menemaniku turun ke jalan, menggandeng tangannya dengan mesra ditengah hiruk-pikuk pasar, berlaku selayaknya dua insan biasa di tengah khalayak -tanpa pengawalan.
Aku sungguh menikmati suasana romantis semacam itu yang tidak terkekang oleh protokoler kerajaan. --oo-- Suatu ketika di teras balkon istana kerajaan; ketika aku dan sang Permaisuri tengah berdua menikmati teduhnya cahaya purnama, sang Ratu berbicara pada ku; "Mungkin tidak seharusnya kanda menunjukkan kehangatan serta kemesraan terhadap dinda, di hadapan khalayak", ujar sang Ratu dengan senyumnya yang mempesona. Sesaat kemudian dilanjutnya.. "Bagaimanapun juga kanda tetaplah seorang Raja di negri ini, dan Raja selayak..", belum sempat sang Permaisuri menyelesaikan kalimatnya, aku berdiri meninggalkan kursi dan bersimpuh padanya. Menggenggam kedua telapak tangan sang Ratu dipangkuannya seraya berkata.. "Anan gitu Hunni Ratui (maksudnya: Jangan gitu honey Ratu)
Aku lebih memilih menjadi Raja yang kehilangan pamor, dari pada harus kehilanganmu.
Tak ada bedanya bagiku baik menjadi Raja atau Petani di ladang, jika engkau tiada.." ---oOo--- Lembah Merbabu, Jun 2013 By: k320i
As posted on www.MobineSSia.com
No comments:
Post a Comment