Kamu masih ingat mei hua?
Dimusim semi yang mana kamu pernah menemu-nya? "Kita terlalu tropis untuk menemukan musim yang lain selain penghujan dan kemarau" katamu dulu mengejek imajinasiku. Ah... tapi bukankah semi tak mesti harus memiliki musim sendiri? Toh tropis-nya kita masih memiliki toleransi tuk membiarkan kita menemukan semi.
Seperti ketika mei hua menyemarakkan laman kita yang sudah lama kerontang. "Hey, Mey,,, kau terlalu menyukai mei hua? bukankah lebih baik kalau kau terlalu menyukai aku?" Kau tertawa terbahak - bahak melihatku menggerutu. Kau selalu mengejekku, menertawakan cerita - ceritaku, menganggapku bodoh menyebut bulan mei adalah musim semi-ku.
tapi kau juga betah berlama - lama menemaniku membicarakan ilusi pada laman mei hua-ku.
Kau siap menopang kerapuhanku, seperti kau juga siap memukul pecah anganku yang kau anggap bisa semakin merapuhkan aku. Mei hua adalah kenangan tentang kamu, sahabat.
tiga musim yang lalu adalah musim terakhir kita mencandai mei hua - mei hua itu...
Kau sudah punya kehidupan sendiri yang terlepas dari igauan tentang musim semi yang kutularkan.
yah... kita pernah memiliki sebelas musim tempat kita bertukar cerita, aku dengan mei hua -ku, kamu dengan petualanganmu. Sebelas musim itu seperti hilang tak berbekas ketika kamu tiba - tiba berkemas.
Katamu, kau ingin menjemput mimpi... Mewujudkan apa itu masa depan yang nyata. Menantang matahari, menegadahi hujan - hujan,
dan
....Melupakan mei hua dengan kebodohan musim seminya. Aku masih bisa melihatmu sahabatku, meski dari sudut jauh yang tak terlihat.
Aku menyayangimu sebagai sahabat baik yang takdirkan Tuhan tuk singgah pada lingkar kehidupanku.
Sesungguhnya, musim - musim dimana kau menemani aku duduk diam dilaman itu menekuri mei hua adalah musim semi yang kulihat dimataku. Kini, aku masih dilamanku,
Tapi tak ada lagi mei hua yang tumbuh, pohonnya sudah lama meranggas. Tapi aku masih percaya bahwa musim semi akan kembali singgahi aku.... Meski mei hua sudah tak mekar lagi,
meski kamu sahabat yang telah menjauhkan diri.
Meski kita terlalu tropis tuk menemukan musim selain kemarau dan penghujan, seperti yang kau katakan.
....
(Belajar menulis fiksi)
By: zelika
As posted on www.MobineSSia.com
Dimusim semi yang mana kamu pernah menemu-nya? "Kita terlalu tropis untuk menemukan musim yang lain selain penghujan dan kemarau" katamu dulu mengejek imajinasiku. Ah... tapi bukankah semi tak mesti harus memiliki musim sendiri? Toh tropis-nya kita masih memiliki toleransi tuk membiarkan kita menemukan semi.
Seperti ketika mei hua menyemarakkan laman kita yang sudah lama kerontang. "Hey, Mey,,, kau terlalu menyukai mei hua? bukankah lebih baik kalau kau terlalu menyukai aku?" Kau tertawa terbahak - bahak melihatku menggerutu. Kau selalu mengejekku, menertawakan cerita - ceritaku, menganggapku bodoh menyebut bulan mei adalah musim semi-ku.
tapi kau juga betah berlama - lama menemaniku membicarakan ilusi pada laman mei hua-ku.
Kau siap menopang kerapuhanku, seperti kau juga siap memukul pecah anganku yang kau anggap bisa semakin merapuhkan aku. Mei hua adalah kenangan tentang kamu, sahabat.
tiga musim yang lalu adalah musim terakhir kita mencandai mei hua - mei hua itu...
Kau sudah punya kehidupan sendiri yang terlepas dari igauan tentang musim semi yang kutularkan.
yah... kita pernah memiliki sebelas musim tempat kita bertukar cerita, aku dengan mei hua -ku, kamu dengan petualanganmu. Sebelas musim itu seperti hilang tak berbekas ketika kamu tiba - tiba berkemas.
Katamu, kau ingin menjemput mimpi... Mewujudkan apa itu masa depan yang nyata. Menantang matahari, menegadahi hujan - hujan,
dan
....Melupakan mei hua dengan kebodohan musim seminya. Aku masih bisa melihatmu sahabatku, meski dari sudut jauh yang tak terlihat.
Aku menyayangimu sebagai sahabat baik yang takdirkan Tuhan tuk singgah pada lingkar kehidupanku.
Sesungguhnya, musim - musim dimana kau menemani aku duduk diam dilaman itu menekuri mei hua adalah musim semi yang kulihat dimataku. Kini, aku masih dilamanku,
Tapi tak ada lagi mei hua yang tumbuh, pohonnya sudah lama meranggas. Tapi aku masih percaya bahwa musim semi akan kembali singgahi aku.... Meski mei hua sudah tak mekar lagi,
meski kamu sahabat yang telah menjauhkan diri.
Meski kita terlalu tropis tuk menemukan musim selain kemarau dan penghujan, seperti yang kau katakan.
....
(Belajar menulis fiksi)
By: zelika
As posted on www.MobineSSia.com
No comments:
Post a Comment