"Cause you're a sky, you're a sky full of stars..."
Aku menengok ke belakang, seseorang berdiri di samping pintu sambil menyanyikan lagu Coldplay.
"Hei", Ia berjalan mendekat
By: nanabrownies
As posted on http://MobineSSia.com
Thursday, June 4, 2015
FF
#30HareMenulis
Hari 4: Buatlah sebuah cerita FanFic dari film favoritmu.
FFVII - Crisis Core [FanFic]
~Aerith's 23 little tiny wishes
Terlihat Zack sedang mendorong gerobak penuh bunga-bunga indah melintasi 7th Heaven diikuti Aerith dibelakangnya.
"Zack, kau berjalan terlalu cepat!" seru Aerith dibelakang.
"Ayolah, bukankah kau ingin memenuhi seisi Midgar dengan bunga-bunga?" jawab Zack masih tak mengurangi derap langkahnya.
"Tapi kau berjalan terlalu cepat.." protes Aerith.
Kedua anak muda itu terus saling memprotes disepanjang jalan. Hingga sampai di Sector 1, tepatnya di depan stasiun, seorang anak kecil menghampiri mereka.
"Waaa.. Apa itu bunga sungguhan? Indah sekali tak seperti yang di gambarkan di buku! Lebih keren dari MK9 II."
"(bagaimana bisa kau membandingkan bunga dengan kereta api >_>*kedip* 10 gil/tangkai, kau mau membeli?" sahut Zack.
Anak kecil lain yang rupanya adhik dari anak tadi ikut menghampiri Zack dan Aerith. Ia terlihat lebih terpesona dibanding kakaknya.
"Big bro, aku ingin bunga kuning itu." pintanya kepada sang kakak.
"Kita tak punya 10gil.." sahut sang kakak.
Aerith tersenyum, kemudian mengambil dua tangkai bunga dan memberikannya kepada kakak beradhik itu.
"Ini untuk anak manis seperti kalian." ucapnya ramah.
"Hei! Kenapa kau memberikannya cuma-cuma?" tanya Zack heran.
"Aku tak benar-benar berniat menjualnya, aku ingin tau apa mereka ingin membeli. Jika tidak, aku hanya akan memberikannya." Ucap Aerith sembari mengelus kepala kedua anak itu.
"Uh-Huh?" Zack tak mengerti apa maksudnya.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka dan sampai di sektor 8. Terletak hampir di tengah-tengah Midgar dan banyak orang berlalu-lalang disana.
"Lihat, Zack. Banyak orang disini." Ucap Aerith memperhatikan orang-orang yang sibuk dengan aktifitas mereka.
Zack hanya tersenyum, kemudian berhenti disebelah air mancur ditengah sektor 8. Aerith tampak begitu ceria, ia tengah bermain air dan sesekali mencipratkannya ke arah Zack.
"Hei.." Zack pun mulai tergoda untuk ikut bermain dengan Aerith.
Tanpa mereka sadari seorang polisi Shinra menghampiri mereka.
"Tidakkah TUAN SOLDIER tau bahwa dilarang untuk bermain dengan air mancur." tegurnya lebih kepada Zack dengan menekankan kata SOLDIER sebagai identitas Zack.
Zack adalah SOLDIER 1st Class. Pada dasarnya polisi Shinra atau juga bisa disebut Shinra Security Department memang tak menyukai SOLDIER.
Sebelum Zack sempat membalas, Aerith terlebih dahulu menghadang polisi Shinra itu dengan setangkai bunga.
"We are sorry.. Im the one who push him to play with me. This is a flower as an apologize." Ucapnya dengan nada sedih yang dibuat-buat.
"Ehemm. Tolong jangan lakukan lagi." ucap polisi Shinra itu lalu pergi.
"What? Kau serius? Kau susah payah merawat bunga-bunga ini, dan kenapa harus diberikan kepada orang seperti dia." Zack merasa kesal.
"Sstt.. Zack, ada pembeli dibelakangmu."
"Huh?" Zack menoleh dan dibelakangnya sudah ada banyak orang yang mengantri untuk membeli bunga.
"Eh?.. Uhm.. Yea.." Zack kebingungan, sedangkan Aerith hanya tertawa kecil melihatnya.
Mereka banyak menghabiskan waktu di sektor 8, bunga-bunga mereka laris terjual dan hanya tersisa seperempat gerobak. Lalu mereka melanjutkan ke LOVELESS Avenue, pusat perbelanjaan di Midgar. Dengan cepat bunga-bunga mereka terjual habis dan kini mereka tengah mengunjungi tempat-tempat hiburan disana. Mereka bersenang-senang layaknya pasangan padahal sebenarnya Zack adalah bodyguard Aerith.
"Haha, thats my 20th lil tiny wish.." ucap Aerith sehabis berkelahi dengan robot di salah satu wahana bermain.
"What a weird wish.." Zack tampak lebih kelelahan karna ia harus memancing perhatian robot dan Aerith yang memukulinya.
"Masih ada 3.." pintanya dengan senyum tanpa dosa.
"Hup!" Zack kembali berdiri dan siap untuk hal gila yang diminta Aerith.
Namun handphone Zack tiba-tiba berdering. Tampak kekecewaan di wajahnya.
"New assignment?"
"Uhh.. Yeah.. Bisakah kita lakukan 3 hal itu lain waktu? Aku harus pergi."
Aerith masih tersenyum.
"Uhm, okay ^^"
"Aku akan segera kembali.." Zack berlalu menuju Shinra Building meninggalkan Aerith dengan gerobak yang kini berisi barang-barang serta beberapa aksesoris.
Zack, aku juga ingin mengirim bunga-bunga ini ketempat lahirmu. Aku ingin keluar sana, melihat apa yang ada di balik dinding gelap ini. Dan yang terakhir, aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak denganmu.
End~
Well, awalnya pengen buat happy ending tapi malah nyesek :')
if you know this story, the end of the real story.. make a happy ending fanfic is a bad choice.
Because, Zack is.. T^T huuhuuu~
By: omi
As posted on http://MobineSSia.com
Hari 4: Buatlah sebuah cerita FanFic dari film favoritmu.
FFVII - Crisis Core [FanFic]
~Aerith's 23 little tiny wishes
Terlihat Zack sedang mendorong gerobak penuh bunga-bunga indah melintasi 7th Heaven diikuti Aerith dibelakangnya.
"Zack, kau berjalan terlalu cepat!" seru Aerith dibelakang.
"Ayolah, bukankah kau ingin memenuhi seisi Midgar dengan bunga-bunga?" jawab Zack masih tak mengurangi derap langkahnya.
"Tapi kau berjalan terlalu cepat.." protes Aerith.
Kedua anak muda itu terus saling memprotes disepanjang jalan. Hingga sampai di Sector 1, tepatnya di depan stasiun, seorang anak kecil menghampiri mereka.
"Waaa.. Apa itu bunga sungguhan? Indah sekali tak seperti yang di gambarkan di buku! Lebih keren dari MK9 II."
"(bagaimana bisa kau membandingkan bunga dengan kereta api >_>*kedip* 10 gil/tangkai, kau mau membeli?" sahut Zack.
Anak kecil lain yang rupanya adhik dari anak tadi ikut menghampiri Zack dan Aerith. Ia terlihat lebih terpesona dibanding kakaknya.
"Big bro, aku ingin bunga kuning itu." pintanya kepada sang kakak.
"Kita tak punya 10gil.." sahut sang kakak.
Aerith tersenyum, kemudian mengambil dua tangkai bunga dan memberikannya kepada kakak beradhik itu.
"Ini untuk anak manis seperti kalian." ucapnya ramah.
"Hei! Kenapa kau memberikannya cuma-cuma?" tanya Zack heran.
"Aku tak benar-benar berniat menjualnya, aku ingin tau apa mereka ingin membeli. Jika tidak, aku hanya akan memberikannya." Ucap Aerith sembari mengelus kepala kedua anak itu.
"Uh-Huh?" Zack tak mengerti apa maksudnya.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka dan sampai di sektor 8. Terletak hampir di tengah-tengah Midgar dan banyak orang berlalu-lalang disana.
"Lihat, Zack. Banyak orang disini." Ucap Aerith memperhatikan orang-orang yang sibuk dengan aktifitas mereka.
Zack hanya tersenyum, kemudian berhenti disebelah air mancur ditengah sektor 8. Aerith tampak begitu ceria, ia tengah bermain air dan sesekali mencipratkannya ke arah Zack.
"Hei.." Zack pun mulai tergoda untuk ikut bermain dengan Aerith.
Tanpa mereka sadari seorang polisi Shinra menghampiri mereka.
"Tidakkah TUAN SOLDIER tau bahwa dilarang untuk bermain dengan air mancur." tegurnya lebih kepada Zack dengan menekankan kata SOLDIER sebagai identitas Zack.
Zack adalah SOLDIER 1st Class. Pada dasarnya polisi Shinra atau juga bisa disebut Shinra Security Department memang tak menyukai SOLDIER.
Sebelum Zack sempat membalas, Aerith terlebih dahulu menghadang polisi Shinra itu dengan setangkai bunga.
"We are sorry.. Im the one who push him to play with me. This is a flower as an apologize." Ucapnya dengan nada sedih yang dibuat-buat.
"Ehemm. Tolong jangan lakukan lagi." ucap polisi Shinra itu lalu pergi.
"What? Kau serius? Kau susah payah merawat bunga-bunga ini, dan kenapa harus diberikan kepada orang seperti dia." Zack merasa kesal.
"Sstt.. Zack, ada pembeli dibelakangmu."
"Huh?" Zack menoleh dan dibelakangnya sudah ada banyak orang yang mengantri untuk membeli bunga.
"Eh?.. Uhm.. Yea.." Zack kebingungan, sedangkan Aerith hanya tertawa kecil melihatnya.
Mereka banyak menghabiskan waktu di sektor 8, bunga-bunga mereka laris terjual dan hanya tersisa seperempat gerobak. Lalu mereka melanjutkan ke LOVELESS Avenue, pusat perbelanjaan di Midgar. Dengan cepat bunga-bunga mereka terjual habis dan kini mereka tengah mengunjungi tempat-tempat hiburan disana. Mereka bersenang-senang layaknya pasangan padahal sebenarnya Zack adalah bodyguard Aerith.
"Haha, thats my 20th lil tiny wish.." ucap Aerith sehabis berkelahi dengan robot di salah satu wahana bermain.
"What a weird wish.." Zack tampak lebih kelelahan karna ia harus memancing perhatian robot dan Aerith yang memukulinya.
"Masih ada 3.." pintanya dengan senyum tanpa dosa.
"Hup!" Zack kembali berdiri dan siap untuk hal gila yang diminta Aerith.
Namun handphone Zack tiba-tiba berdering. Tampak kekecewaan di wajahnya.
"New assignment?"
"Uhh.. Yeah.. Bisakah kita lakukan 3 hal itu lain waktu? Aku harus pergi."
Aerith masih tersenyum.
"Uhm, okay ^^"
"Aku akan segera kembali.." Zack berlalu menuju Shinra Building meninggalkan Aerith dengan gerobak yang kini berisi barang-barang serta beberapa aksesoris.
Zack, aku juga ingin mengirim bunga-bunga ini ketempat lahirmu. Aku ingin keluar sana, melihat apa yang ada di balik dinding gelap ini. Dan yang terakhir, aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak denganmu.
End~
Well, awalnya pengen buat happy ending tapi malah nyesek :')
if you know this story, the end of the real story.. make a happy ending fanfic is a bad choice.
Because, Zack is.. T^T huuhuuu~
By: omi
As posted on http://MobineSSia.com
Drunks....ugh!!
God how I hate it when my fiancee gets all f*cked up!! Pisses me off.
<img src="http://mobinessia.com/gambar.php?id=14634" />
By: silentscreamer
As posted on http://MobineSSia.com
<img src="http://mobinessia.com/gambar.php?id=14634" />
By: silentscreamer
As posted on http://MobineSSia.com
Drunks....ugh!!
God how I hate it when my fiancee gets all f*cked up!! Pisses me off.
By: silentscreamer
As posted on http://MobineSSia.com
By: silentscreamer
As posted on http://MobineSSia.com
dear..
Mungkin sekarang giliranku untuk menuliskan tentang rindu-rinduku yang lama tertanggal dibelakang pintu. Aku memang tak bisa menulis dengan kata-kata sulit yang seperti kau lakukan. Nilai bahasaku cuma 7 dan sesering yang kau baca, semuanya berisi susunan kata yang disatukan secara kasar dan paksa. Serta perulangan kalimat dengan sajian yang berbeda-beda membuatnya samar untuk disamakan meski pada dasarnya kalimat itu sama.
Aku sadar juga, ini akan berbeda dengan waktu pertama kali aku bilang suka padamu. Saat itu kita masih terlalu dini untuk mengenal bertujuan apakah menjalin hubungan dekat sedekat keluarga. 2 tahun kurasa, kita hampir tak saling sapa. Entah siapa yang paling kecewa tapi berpacaran seperti keharusan dalam hidupmu. Kau bersama orang lain dalam waktu singkat setelah kita usai dulu. Sedangkan aku memilih pasangan lamaku, sendiri.
Kita memang butuh waktu untuh tumbuh dan menjadi dewasa, juga beberapa pelajaran yang menjadi cerita beberapa tahun setelahnya. Kau, dengan kesibukanmu bergelut dengan buku serta ajaran baru berupa pilihan relasi yang rawan menghasut. Lalu aku, dengan caraku mengenal hidup beserta dalil-dalil, sumpah-serapah, dan bisikan-bisikan panas langsung dari bibir bertuah ke telingaku. Kita tau, kita mengerti, kita paham. Hidup hanya menunggu, sesimpel itu. Hanya saja, apa yang akan kita lakukan saat menunggu itu, tak mungkin duduk diam sampai mati. Sebab itu kita diberi akal dan hati.
Kuharap kau menyerukan kembali keluh kesahmu lewat tulisan. Aku benar-benar suka caramu mengeluh, caramu mendeskripsikan diriku. Aku rindu tentang apa saja yang ada di balik siluet jingga itu. Meski tak lagi kudengar derap langkah ksatria perak di langit sana, angin masih setia mengelus rambut ikalku. Yang berarti rindu-rindu yang coba kau kirimkan itu sampai padaku. Yah, kita hanya gengsi untuk saling menyibak rindu masing-masing.
Begitu, kan?
~Omi
By: omi
As posted on http://MobineSSia.com
Aku sadar juga, ini akan berbeda dengan waktu pertama kali aku bilang suka padamu. Saat itu kita masih terlalu dini untuk mengenal bertujuan apakah menjalin hubungan dekat sedekat keluarga. 2 tahun kurasa, kita hampir tak saling sapa. Entah siapa yang paling kecewa tapi berpacaran seperti keharusan dalam hidupmu. Kau bersama orang lain dalam waktu singkat setelah kita usai dulu. Sedangkan aku memilih pasangan lamaku, sendiri.
Kita memang butuh waktu untuh tumbuh dan menjadi dewasa, juga beberapa pelajaran yang menjadi cerita beberapa tahun setelahnya. Kau, dengan kesibukanmu bergelut dengan buku serta ajaran baru berupa pilihan relasi yang rawan menghasut. Lalu aku, dengan caraku mengenal hidup beserta dalil-dalil, sumpah-serapah, dan bisikan-bisikan panas langsung dari bibir bertuah ke telingaku. Kita tau, kita mengerti, kita paham. Hidup hanya menunggu, sesimpel itu. Hanya saja, apa yang akan kita lakukan saat menunggu itu, tak mungkin duduk diam sampai mati. Sebab itu kita diberi akal dan hati.
Kuharap kau menyerukan kembali keluh kesahmu lewat tulisan. Aku benar-benar suka caramu mengeluh, caramu mendeskripsikan diriku. Aku rindu tentang apa saja yang ada di balik siluet jingga itu. Meski tak lagi kudengar derap langkah ksatria perak di langit sana, angin masih setia mengelus rambut ikalku. Yang berarti rindu-rindu yang coba kau kirimkan itu sampai padaku. Yah, kita hanya gengsi untuk saling menyibak rindu masing-masing.
Begitu, kan?
~Omi
By: omi
As posted on http://MobineSSia.com
Subscribe to:
Posts (Atom)