Wednesday, June 3, 2015

abcd

Hampir sepuluh bulan kedatangannya di sini dengan ritual sore yang nyaris sama, kecuali jika hujan turun atau saat ia pergi entah kemana. Ia akan duduk di bangku kayu, memandangi anak-anak yang bergerak pulang selepas bermain bola di lapangan. Dipangkuannya sebuah buku catatan terbuka dan pulpen tergeletak di tengahnya. Sesekali matanya memandang layar handphone dan jemarinya sibuk memencet keyboard sambil tersenyum sendiri.

Udah gitu aja brb

By: nanabrownies
As posted on http://MobineSSia.com

Ham

#30HariMenulis

~

Libra, nama yang unik, kan? Dia lelaki yang tak banyak bicara, bukan pendiam. Maksudku dia mau bicara hanya jika perlu saja. Beberapa anak bilang dia membosankan, garing, tidak asik dan kuper. Tak heran juga, dia hampir-hampir tak pernah ngobrol jika tak di ajak ngobrol terlebih dulu.

Terkadang, tidak sengaja aku memperhatikannya. Sorot mata itu penuh kekosongan, gelisah, seolah ada sejuta beban pikiran yang ia hadapi secara bersamaan. Dan entah hanya ilusi atau bukan, ia seolah memakai topeng di wajahnya. Aku berpikir mungkin terlalu banyak memikirkan hal-hal yang menjadi masalahnya adalah penyebab wajahnya terlihat tua.

Libra, sejak kapan aku tertarik denganmu? Tanpa kusadari aku semakin sering memperhatikannya. Meski tak berani mengajaknya bicara, cukup menyaksikannya dari kejauhan sudah menjadi kepuasan tersendiri. Dia tampan, jika dia aktif disekolah mungkin dia jadi cowok populer dikalangan gadis-gadis. Tapi meski begitu, masih sempat saja ada gadis yang blak-blakan bilang kalau dia menyukai Libra. Yahh, aku cemburu. Selanjutnya hal lain yang membuatku semakin menyukainya adalah responnya menjawab gadis itu. Libra hanya diam dan bengong memandang gadis itu seperti orang bodoh. Gadis itu mengulang lagi kalimatnya dan respon Libra masih sama. Gadis itu tampak kecewa dan menyerah. Haha, Libra masih teramat polos. Tapi itu dulu waktu SMP.

Sebenarnya ada 2 orang yang aku suka, satu lagi adalah lelaki virtual yang kukenal disebuah situs mobile asli Indonesia yang cukup terkenal dikalangan blogger. Nicknamenya cukup unik, sebut saja Ham (nick aslinya hambamu). Aku suka caranya menyuarakan kebenciannya terhadap hidupnya sendiri. Dibungkus dengan kata-kata indah yang terkadang tak kumengerti. Terkadang ia menulis tentang Ibunya, Ayahnya, dan keluarganya yang ia bilang seharmonis rimba.

Aku pernah berbincang dengannya (Ham). Dia asik meski bahasanya terlalu formal dan sering membuatku bingung harus membalas dengan kalimat apa. Aku sudah terbiasa dengan bahasa urban jaman sekarang, jadinya agak canggung jika harus ngobrol dengan bahasa formal. Serasa sedang berhadapan dengan guru B. Indonesia, haha.

Menurutku, kau orang yang sempurna. Dia bilang begitu padaku.
Sempurna dari mana? Aku punya banyak kekurangan. Jawabku cepat.
Orang yang sempurna itu orang yang mempunyai segalanya, termasuk kekurangan. Jawabnya.
Deg! Gombalan macam apa ini?? Ini pertama kalinya aku mendapat gombalan secara formal. Dan rasanya its something.
Tapi, bukankah berarti semua orang itu sempurna? Protesku.
Tentu saja, mana mungkin Tuhan tak adil. Jawabnya.

Aku tersenyum, aku benar-benar jatuh cinta padanya. Ham, lelaki yang ternyata bernama asli Libra itu. Ya lelaki jangkung nan kuper itu, dialah Ham. Aku juga kadang tertawa jika mengingatnya.
By the way. Sekarang dia pacarku! Meski begitu, dia masih sering egois dan malahan terkadang cuek. Dan kalau marah itu dia kayak banteng! Serem kan? Itu tak jadi masalah selama sapaan paginya tak berhenti, tawanya masih terdengar, keluhnya tiap sore (dia lelah tiap pulang kerja dan terkadang tak mau kutelfon) dan apalagi ya..
Yang pasti, aku menyayanginya..

By: omi
As posted on http://MobineSSia.com

Tuesday, June 2, 2015

Yang Kepadamu

Yang kepadamu kecenderungan hati
ini sempat menuju...

Aku pernah menyebut namamu dalam khidmad sujud, dalam bait yang
kulantun runtut. Sebab aku percaya bahwa hati kita sesungguhnya saling
terpaut, meski apa yang kita hadapi adalah masa depan berkabut dan kita
senantiasa meraba-raba mencari jalannya. Maka, namamulah satu-satunya penerang, arah kemana
langkahku pulang. Seperti rumah, tempat aku selalu kembali setelah letih berjuang. Bahkan hanya dengan mengingatmu saja aku sanggup berlari bagai pemburu sebab tak kuinginkan apapun kecuali cepat sampai ke hatimu.

Yang kepadamu bermuaranya segala kata...

Kamu tak perlu memahami kenapa bisa jutaan kata terangkai dari lisanku kemudian terbang ke langit
menjadi rindu, menjadi kepak kupu-kupu. Juga kata-kata yang lahir dari
jemari kemudian berlarian
mengumpulkan diri menjadi larikan cerita atau puisi. Saat itu, kata tak
butuh lagi pengakuan apakah ia sekedar sampah atau benar-benar bermakna. Mereka hidup dengan caranya sendiri. Bagiku, kamu adalah
hulu yang mengalirkan kata-kata sekaligus hilir tempatnya mereka bermuara. Ya, kamu adalah inspirasi.

Yang kepadamu, kutuliskan ini
sebagai risalah pengingat...

Menuliskanmu adalah keberanian untuk berkata jujur, tentang asa yang
harus dikubur. Bahwasanya mungkin
kamu hanyalah sejarah yang dipahatkan dalam kalamku dengan kata 'pernah'. Peristiwa tentangmu adalah tetirah kala aku mengenangkan dosa dan salah. Perasaan memang tak pernah
sederhana, ada yang tidak tuntas disampaikan oleh bahasa dan kata-kata. Ada luka saat melepas, namun
kemudian perasaan lega ketika sampai pada titik pasrah dan ikhlas.

Bukankah kita hebat, dua hati yang berpisah dalam kata sepakat sebab tak ingin menambah salah? Maka dipertemukan kembali sebagai apapun kelak; sahabat ataukah cinta, mari saling tersenyum dan melapangkan dada.

By: nanabrownies
As posted on http://MobineSSia.com

Monday, June 1, 2015

asdasd

Menonton film, seperti halnya membaca buku, bisa menjadi candu. Keduanya juga berpotensi mempermainkan emosi. Ketika kita sudah tenggelam dalam alur cerita, terkadang secara tak sadar kita telah berpindah posisi bukan lagi sebagai penonton yang cukup hanya melihat tapi sudah melebur menjadi bagian dari tokohnya sehingga secara otomatis apa yang dirasakan tokoh, kita akan ikut merasakannya.

By: nanabrownies
As posted on http://MobineSSia.com

Day 1

#30HariMenulis
1 Juni 2015
Hari 1: Apa yang membuatmu menyukai film?

Kepolosan anak tak bisa dipungkiri, alasan umum yang kumiliki sejak kecil hingga sekarang adalah keseruan saat menonton film. Cerita yang dibawa tak terlalu penting, toh kebanyakan ilustrasi jauh melenceng dari buku atau cerita sebenarnya.
Ketegangan. Saat benar-benar menikmati film, tak mungkin jika tak merasakannya terutama film horor atau thriller dan sejenisnya.
Beberapa film juga memberi pelajaran dalam bentuk adegan atau kalimat. Itu juga menjadi alasanku menyukai film.
Trenyuh. Pernah sekali, itu membuatku menangis. Betapa hebatnya sebuah film mampu membuat orang terharu hingga tak sanggup menahan air mata.
Hal lainnya adalah penghibur. Film bisa jadi penghilang stres paling ampuh, pengusir bosan, pelepas penat, peredam amarah. Dan paling sering, film menjadi pengantar tidur.

~Omi

By: omi
As posted on http://MobineSSia.com